Pada masa kolonial, tanaman serat nanas merupakan komoditas ekspor yang sangat dibutuhkan di dunia, perusahaan Eropa Belanda kekurangan t...

Perusahaan dan Perkebunan Serat di Hindia Belanda


  Pada masa kolonial, tanaman serat nanas merupakan komoditas ekspor yang sangat dibutuhkan di dunia, perusahaan Eropa Belanda kekurangan tali temali yang terbuat dari serat.

A. Komoditas Serat di Hindia Belanda

Adanya serat keras dan serat halus, serat masih susah dicari karena Jawa lebih memilih produksi kopi, gula, dan tembakau. Untuk memenuhi permintaan serat diperlukan beraneka macam serat.

Serat Untuk Tali Keras

Adanya dua jenis serat diantaranya serat nanas dan serat abaka. Serat abaka adalah tanaman penghasil serat yan awalnya dibudidayakan di Filipina. Pada 1818 produksi pencapai 300 bal mengalami peningkatan pada akhir tahun 1917 dengan satu juta bal produksi serat hingga menjadikan Filipina sebagai produksi utama.  Ekspor tidak dilakukan sebelum abad kesembilan belas dan mencapai puncaknya menjelang tahun 1850 ekspor abaka tidak dilakukan. Hindia Belanda tahun 1905 muncul penanaman serat abaka dalam skala kecil di Jawa dan Sumatera. Berkembang dengan pesat pada 1911 semua perusahaan memproduksi 200ton sehingga Hindia Belanda menjadi pesaing serius Filipina tetapi Hindia Belanda tidak dapat menjaga reputasi dari produksi serat abaka dalam waktu yang lama karena serat abaka di Jawa menggunakan metode ekstaraksi dengan mesin yang tanpa disadari kualitas serat lebih rendah dibandingkan dengan serat Filipina yang dikerjakan dengan cara manual.

Serat Sikat

Di Hindia Belanda adanya serat flapper dan serat aren yang akan diolah menjadi barang bernilai berupa serat sikat. Permintaan serat flapper meninggat pada abad XIX, pada 1896, Manado mengekspor kopra sebesar 6.000 ton dan pada 1900 naik 10,2% dan Jawa ekspor 32.257 ton kopra. Pada 1928 produksi kopra 440.851 ton dari perkebunan 23.539 ton dan dari penduduk lokal sejumlah 417.512 ton. Upaya mengekstrasi serat flapper ekspor di Hindia Belanda talah dilakukan meskipun mengalami kegagalan.

Serat aren memiliki sifat elastis dan kasar kurang cocok digunakan untuk tali, permintaan di Eropa mengenai serat aren. Awal XX terdapat dua pabrik di Jawa yang mengelola serat aren dalam pembersihan, penyortiran dan pengemasan, namun adanya halangan yang mengharuskan ketidak berhasilan.

Serat Untuk Bahan Tekstil

Abad XVIII dibandingkan abad XIX, Jawa memiliki makna yang besar pada paruh kedua, jumlah produksi kapas di Hindia Belanda sangat sedikit dibandingkan produksi kapas nrgara lain. Produksi kapas bisa ditemui pada 1911 seluas 7.000 bahu di palembang, 732 bahu di Semarang, selain itu kapuk juga dibudidayakan di Bali dan Lombok, tanaman serat yang lainnya ialah rami, tidak adanya ekspor rami di Hindia Belanda, tanaman rami hanya dalam skala kecil oleh penduduk lokal. Selain itu juga ada serat yute, tetapi hanya tumbuh di Delta Gangga dengan pengaruh iklim serta kondisi tanah yang menguntungkan.

Serat Bahan Pengisi Material

Kapuk Jawa dengan nama randu merupakan produksi paling penting di Hindia Belanda, ekspor kapuk pada 1900 sampai 1936, nilai ekspor menjadi 24.600 ton karena serat kapuk ringan, tahan lembab, tidak berbau, bebasa hama dan dapat disterilkan berulang kali dengan pemanasan tanpa merusak serat. Pada 1914, Jawa dan Madura berhasil mengekspor kapuk 150.000 pikul dari total itu ada sekitar 86.500 pikul yang diekspor melalui pelabuhan Semarang.

Ada juga serat sutra yang dibudidayakan di Hindia Belanda. Permintaan serat sutra tidak terlalu banyak karena ketahananya yang lebih rendah dibandingkan dengan kapuk, budidaya sutra lebih mudah karena tidak banyak membutuhkan tanah untuk hidup.

Serat Bahan Anyaman

Serat anyaman ada beberapa macam anataranya rotan, bambu, pandan dan puron. Salah satu serat anyaman rotan komoditas hutan yang paling penting, pada 1914 Hindia Belanda mengekspo lebih dari 42.000 ton yang dihasilkan Sulawesi 20.000 ton, Kalimantan 12.000 ton, dan Sumatera 10.000 ton teteapi tidak mempunyai nilai komorsial yang besar dan panen rotan di Jawa tidak mencukupi kebutuhan penduduk lokal, maka adanya pasokan rotan bermutu rendah dari kalimantan. Sebelum perang Jerman merupakan konsumen rotan terbesar, tetapi awal abad XIX Amerika muncul menggeser Jerman sebagai konsumen rotan terbesar dan Cina juga membeli rotan dengan kulaitas rendah selain itu penduduk Hindia Belanda menggunakan rotan menggunakan rotan untuk kebutuhan pribadi.

Adanya serat bambu, beberapa negara Asia menghasilkan bambu, maka Hindia Belanda tidak melakukan ekspor dalam bentuk barang praktis, topi dibuat lapisan luar dari bambu yang tebal. Topi pandan juga muncul pada tahun 1906 sebangai barang ekspor, anyaman pandan untuk produksi di pulau Bawean juga menembus ekspor ke penjuru Nusantara maka pandan dibudidayakan oleh penduduk di tanah kosong dan sebagai pagar untuk pembatas ladang. Selain itu juga ada serat puron tumbuh di Kalimantan Tenggara yaitu Martapura, Kandangan dan Amoentai yang menghasilkan tikar dari Riau dan Palembang.

Serat Untuk Kertas

Di jawa terdapat  pengelolahan kertas yang disebut kertas Jawa. Serat jenis Agave sisalana dan Agave cantala,Agave merupakan varietas dari tanaman randu. Di Hindia Belanda terdapat tiga jenis yaitu Agave sisalana, Agave cantala, serat Agave sp. Pada abad XIX , serat kertas telah menggeser telah menggeser penggunaan serat lembut dalam bahan baku produksi tali temali.

B.  Perkebunan Serat di Hindia Belanda

Di Jawa Barat, khususnya daerah Tjikalong, terdapat dua perusahaan pengolah tanaman serat, perusahaan milikk Thung Bouw Lim di Ngalindoeng yang memiliki luas perkebunan mencapai 162 bahu dan mengahilkan produk dari tanaman serat dan pada 22 Juni 1892 terdapat perusahaan Handel en Cultuurmaatschapppij Ip Kiat tepatnya di Bandung III dengan luas perkebunan 161 bahu sebagai penghasil serat dan tanaman teh.

        Jawa Tengah beberapa perkebunan menghasilkan serat di Medalan, Sragen tepatnya di Modjo Sragen berdiri perusahaan J. Caspersz Cultuur-Maatchappij milik P. A. Jut dan Bourghelles dan perusahaan Cultuur-Maatchappij Tarik milik F.H. Tiedeman tepatnya di Ngaroem menghasilkan serat berupa kapuk dan beberapa serat lainnya, dan perkebunan milik J.J. Oxenaar O.P. W. Moyma di Karaban menghasilkan selain padi dan karet, perusahaan Houtaankap en Cultuuranmaatschappij Kedoemngbanteng milik J. Schafer yang menghasilkan serat nanas dan kapuk, dan perusahaan Cultuur-Maatschappij Moenggoer Pereng milik J.F. Hora Siccama menghasilkan kapuk dan serat.

     Di Pekalongan, Jawa Tengah terdapat perusahaan Bananen Cultuuranmaatschappij milik J.J. Binendijk yang terletak di Ponowareng menghasilkan padi, pisang, dan kulit pusing dan perusahan Bananen, Demak juga terdapat perusahaan Vennootschap kapok: olie en zeepfabriek Randoe milik M.F.J Gritters-Double menghasilkan serat kapuk dan kapas, dll.

            Di Wonogiri setelah reorganisasi agararia 1912, usaha kapuk randu dijalankan Mangkunegaran tidak berjalan lama pada. Pada 1923 Praja mengupayakan di Mojogedang pada 1919 daerah peresmian seluas enam belas hektar. Pabrik di Wonogiri berjalan kembali ditahun 1913 diperluas pada 1918 berdiri sampai 1917.

         Di Jawa Timur pertama 18 April 1880 tempatnya diampel, kedua pada 18 Februari 1875 di Blaboer, ketiga pada 2 Maret 1876, keempat 8 Februari 1879 di Gondang, kelima 15 September 1893 di Poerwantoro.

    Di Kediri didiraka di Pare perusahaan Handelsvereeniging, perusahaan Handelsvereeniging Amsterdam, dan perusahaan N.V Handelserveening Amsterdam berlanjut di Blitar ada perusahaan serat N.V Handelserveening, Beranjak di Banyuwangi terdapat perushaan pemasok perusahaan Firman E. Moorman & Co. Yamg diambil alih Th. H. Mae Gillavry dan perusahaan Firma E. Moorman & co. Milik Th. Mae Gillavrv di Pasewaran I.

            Beberapa perusahaan yang telah dicantumkan saksi atas keberadaan pusat-pusat pengembangan serat yang terbesar di Pulau Jawa. Lonjakan hasil pertanian dan perkebunan membuat perusahaan dan perkebunan serat didirikan sejak akhir abad XIX hingga awal abad XX. Pada masa itu perusahaan menghasilkan Vorstenlanden lebih sedikit dari pada kopi, tebu, tembakau, dan teh.

0 komentar: